Sejarah Kampung

26 Agustus 2016
Administrator
Dibaca 308 Kali

Warga Kampung Long Duhung merupakan kaum Dayak Mapnan yang dalam sejarahnya merupakan penjelajah hutan rimba. Mereka hidup berpindah secara berkelompok. Kebiasaan itu juga sering kali terjadi ketika mereka mulai menetap dan memiliki kepala kampung.

Pada tahun 1960-an, saat dipimpin oleh kepala kampung bernama Ding Anyiu, permukiman Long Duhung mengalami kebakaran sehingga warga memutuskan berpindah dari muara Sungai Long Gahyin ke Muara Sungai Duhung. Namun, sebagian warga masih pergi pulang ke permukiman lama yang terbakar. Pada 1968, masa Kepala Kampung Lih Awun, misionaris Protestan mulai masuk ke Long Duhung, berturut-turut mulai dari Pendeta Gamus, Padan, Petrus, dan dilanjutkan Pendeta Samuel. Perubahan kondisi keagamaan warga secara perlahan berubah dari kepercayaan nenek moyang menjadi Protestan. Kegiatan-kegiatan adat istiadat masyarakat yang bertentangan dengan ajaran Protestan lambat laun mulai terkikis.

Empat tahun kemudian, banjir melanda Kampung Long Duhung kemudian disusul bencana kelaparan. Pada masa Kepala Kampung Dalay Dai ini warga Long Duhung mulai mengenal berladang yang ditularkan oleh Mincai, seorang pedagang dari Berau. Tahun 1972 inilah titik awal perubahan cara pemenuhan kebutuhan masyarakat dari yang semula hanya meramu dan mengumpulkan hasil hutan, perlahan mulai membudidayakan tanaman padi ladang.

Tiga tahun setelahnya, warga Long Duhung kembali pindah ke Ngui Sui, lebih ke hilir dari tempat semula. Jumlah keluarga yang pindah saat itu sebanyak 17 keluarga.

Bencana banjir besar kembali terjadi dan menghanyutkan lumbunglumbung padi. Pada 1980, Dinas Sosial Kabupaten Berau menganjurkan beberapa permukiman masyarakat yang terpencar di pedalaman hulu Sungai Kelay termasuk Kampung Long Duhung untuk disatukan di pemukiman baru yang terletak di muara Sungai Gie,5 hilir Sungai Kelay. Di permukiman baru ini, pertama kali dibangun sekolah dasar untuk pendidikan formal.

Pada tahun 1980 ini terjadi kemarau panjang di Kalimantan. Beruntungnya, 3 tahun kemudian kondisi cuaca cukup bersahabat. Di tahun 1983 Kampung Long Duhung menikmati musim buah disertai panen paling besar dalam sejarah kampung. Namun sayangnya, pada tahun yang sama juga terjadi kematian penduduk yang cukup banyak akibat penyakit malaria.

Tahun 1984, masyarakat Long Duhung pindah ke Muara Sungai Melay dengan alasan mencari lahan yang lebih subur. Pada tahun itu, kepala kampung bernama Titus, masa itu merupakan panen madu yang paling banyak. Setahun di permukiman baru ini, warga kampung kembali terjangkit penyakit tifus dan malaria. Tidak diketahui berapa jumlah penduduk yang terkena penyakit tersebut.

Tiga tahun kemudian Program PMDH7 dari PT Alas Helau mulai masuk ke kampung. Pembangunan gereja dan sekolah dasar dibantu oleh PT Alas Helau, pemegang izin konsesi hutan di daerah Sungai Kelay. Dalam rentang waktu 1991 sampai 1999, pendeta di Long Duhung berturut-turut dari Zenas, Yeheskel, sampai dengan Samuel Anom; sedangkan kepala kampung dari Marsoni, Yahya, sampai Misak Lungui.

Bagikan artikel ini:
Kirim Komentar

Komentar baru terbit setelah disetujui Admin

CAPTCHA Image